Kanker payudara (Carcinoma mammae)
dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer merupakan
kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita,
walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat
kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.
Gejala secara klinis kanker payudara
dapat berupa:
1)
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu.
2)
Erosi atau eksema puting susu

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan
mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut
- terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
- adanya nodul satelit pada kulit payudara;
- kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
- terdapat model parasternal;
- terdapat nodul supraklavikula;
- adanya edema lengan;
- adanya metastase jauh;
- serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
3)
Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting
susu secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila
terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang
wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer
dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,
berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan
selain air susu.
Ada beberapa pengobatan kanker
payudara secara klinis medis yang penerapannya banyak tergantung pada stadium
klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
1.
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3
jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
- Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
- Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
- Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada
daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang
bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi
(Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang,
warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti
kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang
bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel
kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis
yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang.Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi
tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk
memproduksi cAMP dan menghambat perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP
tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT yang terhubung adenylate cyclase
oleh paling tidak satu buah guanine nucleotide-binding protein. Respon cAMP
terhadap CT dapat menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik berupa
17beta-estradiol dan EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat
pertumbuhan seperti tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan
proto-onkogen c-myc. Namun penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi
polip endometrial, hiperplasia dan kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat, tidak ditemukan
pada senyawa selain CT. Senyawa efektor adenylate cyclase seperti forskolin dan
senyawa beta-adrenergic receptor agonist seperti isoproterenol hanya
menghasilkan sedikit produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi fosforilasi
c-Raf pada serina posisi ke 259 melalui lintasan protein kinase A dan
menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup sel MDA-MB-231,[21] dan menghambat ekspresi mRNA uPA yang diperlukan sel
MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis. Walaupun demikian kalsitonin tidak
mempunyai efek yang signifan untuk menghambat proliferasi sel MCF-7. Apoptosis
sel MDA-MB-231 juga diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi Akt
dan mRNA AKT, aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta
meningkatkan aktivitas kaspase-3.
Pada prinsipnya, strategi pencegahan
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit
tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada
kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
ü
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah
satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
ü
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang
memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan
memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode
deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim
memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lai
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahu.
- Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh
kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas
SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
ü
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita
kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar